Efisiensi Teknis Usaha Tani Bawang Merah Petani Milenial di Kabupaten Bantul
Keywords:
agricultural production, Bantul Regency, bawang merah, efisiensi teknis, Kabupaten Bantul, millennial farmers, petani milenial, produksi usaha tani, shallots, technical efficiencyAbstract
English
The expansion of land area presents challenges for agriculture, including the formation of tech-savvy farmer groups and the rejuvenation of millennial farmers. Research focusing on millennial farmers is pivotal for ensuring the sector's future sustainability. Emphasizing technical efficiency and income is crucial to discern factors influencing productivity and economic sustainability. This study investigates production factors, technical efficiency, sources of inefficiency, and income levels in shallot farming by millennial farmers in Bantul Regency. Conducted across Sanden, Imogiri, and Kretek with 85 respondents, the study employed the census method. Data analysis utilized the stochastic production function model and Maximum Likelihood Estimation (MLE) via Frontier 4.1, complemented by the T test using SPSS 20. Findings revealed positive impacts of seeds, pesticides, and land area on shallot production, with human labor exerting a negative influence. Average technical efficiencies were 0.839 (first season) and 0.930 (second season). Farmers adopting technology in tillage, engaging in counseling, owning land, using advanced irrigation, and digitally marketing products demonstrated higher efficiency, affecting farming income. Policy implications underscore the necessity of enhancing technology access, extension services, and digital marketing for millennial farmers, supported by continuous governmental technological assistance and training to sustain shallot farming in Bantul Regency.
Indonesian
Peningkatan luas lahan menyebabkan sektor pertanian menghadapi berbagai tantangan, termasuk pembentukan kelompok tani yang mengadopsi teknologi dan inovasi serta regenerasi petani milenial. Penelitian usaha tani oleh petani milenial menjadi sangat penting karena mereka merupakan kunci keberlanjutan sektor pertanian pada masa depan. Fokus pada efisiensi teknis dan pendapatan diperlukan untuk mengidentifikasi faktor-faktor yang memengaruhi produktivitas dan keberlanjutan ekonomi usaha tani mereka. Penelitian ini bertujuan mengkaji faktor-faktor yang memengaruhi produksi, tingkat efisiensi teknis, sumber inefisiensi teknis, dan tingkat pendapatan usaha tani bawang merah oleh petani milenial di Kabupaten Bantul. Penelitian dilakukan di tiga kecamatan di Kabupaten Bantul, yaitu Sanden, Imogiri, dan Kretek, dengan 85 responden (47 petani penerima bantuan dan 38 petani nonpenerima bantuan) menggunakan metode sensus. Analisis data dilakukan dengan model fungsi produksi stokastik dan metode maximum likelihood estimation (MLE) menggunakan program frontier 4.1, serta uji T menggunakan SPSS 20. Hasil penelitian menunjukkan variabel yang berpengaruh positif terhadap produksi bawang merah adalah benih, pestisida, dan luas lahan, sementara variabel negatif adalah tenaga kerja manusia. Rata-rata tingkat efisiensi teknis petani adalah 0,839 (musim tanam pertama) dan 0,930 (musim tanam kedua). Petani yang menggunakan teknologi dalam pengolahan tanah, sering mengikuti penyuluhan, memiliki lahan sendiri, menggunakan teknologi irigasi, dan memasarkan hasil usaha taninya secara digital cenderung lebih efisien. Pendapatan usaha tani juga dipengaruhi faktor-faktor tersebut. Implikasi kebijakan menunjukkan pentingnya peningkatan akses teknologi dan penyuluhan bagi petani milenial serta pengembangan pemasaran digital untuk meningkatkan efisiensi dan pendapatan. Dukungan pemerintah dalam bentuk bantuan teknologi dan pelatihan berkelanjutan sangat diperlukan untuk mencapai efisiensi dan keberlanjutan usaha tani bawang merah di Kabupaten Bantul.
Downloads
Downloads
Published
How to Cite
Issue
Section
License
Copyright (c) 2024 Jurnal Agro Ekonomi
This work is licensed under a Creative Commons Attribution-NonCommercial-ShareAlike 4.0 International License.